Keterangan Gambar : Tim pengabdian masyarakat Unigoro menyerahkan secara simbolis panel listrik PLTS kepada perwakilan kelompok tani Desa Duyungan, Kecamatan Sukosewu, pada 13 September 2025.
BOJONEGORO – Kelompok tani Desa Duyungan, Kecamatan Sukosewu, kini tak perlu khawatir lagi menghadapi cuaca tak menentu yang mengakibatkan proses pengeringan padi tidak optimal. Amalia Ma’rifatul Maghfiroh, S.Si., MT., dosen prodi teknik industri Universitas Bojonegoro (Unigoro), mencetuskan teknologi pengering padi tenaga surya tipe bed dryer berkapasitas 500 kg. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat 2025 yang didanai oleh Kementrian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Diktisaintek) RI.
Amalia menuturkan, dia bersama timnya Dr. Eko Wahyu Abryandoko, S.Pd., MT., dan Agus Fahmi, SP., M.Si., mengamati para petani selalu menghadapi masalah cuaca yang tidak menentu. Khususnya saat mengeringkan gabah mereka mengandalkan panas matahari. “Kami ingin mengenalkan mesin pengering padi tenaga surya. Agar para petani tidak perlu kebingungan lagi saat cuaca tidak menentu, efisien, sekaligus ramah lingkungan. Apalagi mesin yang kami gunakan ini berkapasitas lima kwintal,” tuturnya, Senin (22/9/25).
Pada 13 September 2025, kelompok
tani Desa Duyungan menghadiri sosialisasi sekaligus penggunaan mesin pengering
padi tenaga surya. Dipandu oleh sejumlah mahasiswa, mereka mencoba mengoperasikan
mesin bed dryer tersebut. Sekaligus mempelajari sistem pengelolaan panel
listrik, hingga praktik perawatan sederhana agar mesin lebih awet. Amalia berharap,
kelompok tani Desa Duyungan tidak hanya bisa memanfaatkan mesin pengering padi
ini. Melainkan mampu memperkuat ketahanan pangan lokal, meningkatkan
kemandirian energi di sektor pertanian, sekaligus menjaga mutu gabah. “Dengan
kualitas panen yang lebih terjamin, nilai jual petani juga diyakini akan
semakin meningkat,” harap Sekretaris Lembaga Penjamin Mutu (LPM) Unigoro.
Anggota kelompok tani Desa Duyungan, Nafiúddin, merespon positif hibah mesin pengering padi tenaga surya ini. Dia menilai, perguruan tinggi harus berkolaborasi dengan masyarakat untuk mengatasi problem pertanian di Kota Ledre. “Kalau dulu saat panen sering khawatir karena hujan, sekarang kami lebih tenang. Sehingga hasil panen bisa lebih terjaga kualitasnya, dan perekonomian petani juga ikut terangkat,” tandasnya. (din)
Tulis Komentar