Wujudkan Pesantren Hijau, Dosen Unigoro Bangun Green House dan IPAH di Ponpes Sayyid Abdullah Sajad
Wujudkan Pesantren Hijau, Dosen Unigoro Bangun Green House dan IPAH di Ponpes Sayyid Abdullah Sajad

Keterangan Gambar : Dyah Setyaningrum, S.Si., M.Sc., bersama tim pengabdian masyarakat Unigoro di Pondok Pesantren Sayyid Abdullah Sajad Bancar, Tuban.


BOJONEGORO – Dyah Setyaningrum, S.Si., M.Sc., dosen prodi kimia Universitas Bojonegoro (Unigoro), mencetuskan pembangunan green house dan pemasangan instalasi pemanenan air hujan (IPAH) di Ponpes Sayyid Abdullah Sajad Bancar, Kabupaten Tuban. Dia mengamati, kebutuhan air bersih di ponpes sangat tinggi. Terlebih selama 24 jam para santri dan pengajar beraktivitas di lingkungan pesantren. Kegiatan ini merupakan bagian dari Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat 2025 yang berjudul Pemberdayaan Santri Pondok Pesantren Sayyid Abdullah Sajad Bancar dalam Mewujudkan Pesantren Hijau Melalui Pemanenan Air Hujan dan Pertanian Berkelanjutan Green House. Program ini didanai oleh Kementrian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Diktisaintek) RI.


Dyah menuturkan, dia bersama dua rekannya Ichwan Hadi Saputra, ST., MT., dan Mushtofa, ST., MT., lingkungan pesantren membutuhkan air bersih dalam jumlah banyak setiap hari untuk memasak, mandi, berwudhu, mencuci, dan sebagainya. Selain itu, pemenuhan kebutuhan sayuran dan buah di ponpes tersebut masih terbatas. Karena lokasi ponpes yang jauh dari pasar. “Kami ingin mengimplementasikan konsep pesantren hijau. Dengan cara memasang IPAH dan membangun green house di lahan terbuka sekitar pesantren. Berdasarkan analisis awal kami terkait curah hujan dan dibandingkan dengan kebutuhan air minum, maka masih dapat terpenuhi kebutuhannya,” tuturnya, Jumat (19/9/25).




Ponpes Sayyid Abdullah Sajad Bancar dipilih sebagai lokasi pengabdian karena kebutuhan air bersih di sana sebanyak 240 liter per hari. Sedangkan akses untuk mendapatkan air bersih juga tidak mudah. Dyah melanjutkan, ada opsi pengeboran tanah untuk menemukan sumber air. Namun harus dilakukan di kedalaman lebih dari 100 meter dan airnya pun berbau besi. “Sedangkan untuk kebutuhan minum para santri dan pengajar bergantung pada air galon isi ulang,” imbuhnya.

Rangkaian kegiatan pengabdian telah dilakukan sejak bulan Juni. Diawali dengan survei dan koordinasi, focus group discussion (FGD), membangun green house, memasang IPAH, membangun sumur resapan, pengujian dan analisis kualitas air. Kemudian diakhiri dengan sosialisasi perawatan dan keberlanjutan dari kegiatan pengabdian.

Kini para santri dan pengajar Ponpes Sayyid Abdullah Sajad Bancar tak perlu mengkhawatirkan problem air bersih di lingkungannya. Dyah berharap, seluruh proses yang sudah dilaksanakan dapat memberikan solusi atas permasalahan krisis air bersih untuk minum serta pemenuhan kebutuhan pangan untuk ponpes. “Selain itu para santri dapat menularkan ilmu pengetahuan yang sudah didapat kepada masyarakat luas,” harapnya. (din)



Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)