Cegah Petani Tersengat Jebakan Tikus, Dosen Faperta Unigoro: Idealnya Satu Rubuha untuk Empat Petak
Cegah Petani Tersengat Jebakan Tikus, Dosen Faperta Unigoro: Idealnya Satu Rubuha untuk Empat Petak

Keterangan Gambar : Danang Ananda Yudha, S.Pt., MP., saat ditemui di Fakultas Pertanian Unigoro, Senin (6/10/25).


BOJONEGORO – Bulan lalu, dua petani asal Desa Katur, Kecamatan Gayam, tewas tersengat jebakan tikus. Menurut dosen Fakultas Pertanian Universitas Bojonegoro (Unigoro), Danang Ananda Yudha, S.Pt., MP., pengendalian hama tikus di persawahan maupun di perkebunan palawija tidak bisa jika hanya mengandalkan burung hantu sebagai predator. “Penempatan rubuha (rumah burung hantu) juga harus diperhitungkan. Idealnya satu rubuha ditempatkan di tengah-tengah empat petak sawah seluas 300 hingga 400 meter persegi. Burung hantu kalau sudah makan satu atau dua ekor tikus ya sudah kenyang, berhenti. Tidak bisa satu rubuha untuk satu hektar sawah,” terangnya, Senin (6/10/25).


Danang mengungkapkan, hama tikus yang menyerang tanaman palawija disebabkan karena masa penanaman yang tidak serempak. Sebaiknya para petani berkolaborasi dan berdiskusi untuk menentukan jarak tanam dengan selisih kurang dari 14 hari. Agar bisa mengurangi hama dan perkembangan dari tikus itu. “Artinya jangan jlok-jlik. Yang sini baru tanam, yang sana sudah panen. Idealnya penanaman serempak dalam satu hamparan dengan selisih waktu tanam dan panen tidak lebih dari 2 minggu,” terangnya.

Selain mengandalkan predator alami dan metode penanaman serempak, ada beberapa cara mengendalikan hama tikus dengan ramah lingkungan. Danang melanjutkan, petani harus memperhatikan habitat sanitasi tikus dengan membersihkan semak-semak serta gulma di sekeliling sawah. Baik di jalan maupun di pematang sawah. Selain itu, petani juga bisa menggunakan rodentisida untuk hewan pengerat dicampur gabah kering, jagung, atau beras lalu ditebar di area yang dilewati tikus. Langkah-langkah tersebut dinilai aman dan tidak mengganggu ekosistem lainnya.


“Di satu sisi, petani harus kompak berburu tikus secara massal untuk mengurangi habitatnya. Kalau dibasmi tuntas justru akan ada bahaya lagi, yaitu populasi ular bertambah. Ularnya bingung makan apa, sehingga jadi berbahaya bagi manusia,” tandas akademisi asal Blitar ini. (din)



Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)