Dosen Unigoro Ciptakan Teknologi Tadah Hujan dan Sumur Bor Tenaga Surya
Dosen Unigoro Ciptakan Teknologi Tadah Hujan dan Sumur Bor Tenaga Surya

BOJONEGORO – Amalia Ma’rifatul M., S.Si., MT., dosen prodi teknik industri Universitas Bojonegoro (Unigoro) berhasil menciptakan teknologi tadah hujan dan sumur bor tenaga surya. Karya ini merupakan bagian dari Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat 2024 yang berjudul Solusi Mengatasi Kekeringan dengan Teknologi Tadah Hujan dan Sumur Bor Tenaga Surya sebagai Irigasi Pertanian di Desa Jono, Temayang, Bojonegoro. Pelatihan pemanfaatan teknologi tersebut telah dilaksanakan pada 15 September 2024. Program ini didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) melalui Pendanaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Tahun 2024.


Amalia menuturkan, dia bersama kedua rekannya Zuffa Anisa, S.Pd., M.Si. dan Mushtofa, ST., MT., mengamati kekeringan yang acapkali terjadi di Desa Jono. Petani di sana hanya menggunakan sumur tadah hujan dan sumur bor dengan kedalaman tiga meter. Alhasil, irigasi untuk pertanian kurang maksimal. “Air dari kedua sumur itu dipompa menggunakan mesin berbahan bakar bensin. Tentu ini tidak ramah lingkungan dan menguras kantong. Kita bisa memanfaatkan PLTS (pembakit listrik tenaga surya) untuk menunjang irigasi pertanian,” ucapnya, Senin (23/9/24).



PANEL SURYA: Amalia Ma’rifatul M., S.Si., MT., bersama Zuffa Anisa, S.Pd., M.Si. dan Mushtofa, ST., MT., menyerahkan eknologi tadah hujan dan sumur bor tenaga surya kepada petani Desa Jono, Temayang, Bojonegoro.

Amalia bersama timnya merakit sendiri mesin PLTS. Pihaknya juga membangun satu sumur bor dengan kedalaman sembilan meter. Cara kerja sumur bor tenaga surya adalah sel surya yang ditangkap menggunakan material semi konduktor telah berubah menjadi listrik. Arus listrik yang didapat harus dibatasi agar tidak terjadi overheat dan konsleting. Sehingga tegangan dan arus listrik seimbang. Listrik disalurkan ke solar charge controller (SCC) terlebih dahulu, baru ke baterai. “Dari baterai, listrik disalurkan lagi ke inverter untuk mengubah arus dari DC ke AC. Cara merawat PLTS ini sangat mudah. Untuk panel suryanya cukup dilap. Apalagi kalau dipasang di sawah rentan terkena kotoran,” ungkapnya.

Petani di Desa Jono sangat antusias dengan inovasi yang dikenalkan oleh Amalia, Zuffa, dan Mushtofa. Ini pertama kalinya warga mengetahui manfaat PLTS untuk bidang pertanian. “Selain itu mereka juga mendapat keterampilan dan wawasan baru tentang manajemen irigasi,” pungkas Amalia. (din)



Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)