Keterangan Gambar : Tukul, salah satu warga penerima IPAH di Desa Kedungadem, mengucapkan terima kasih kepada Pemkab Bojonegoro, Unigoro, dan Pemkab Bojonegoro atas bantuan alat IPAH
Ketua LPPM Unigoro, Dr. Laily Agustina R., S.Si., M.Sc., membeberkan, dua minggu paska distribusi dan pemasangan alat IPAH di tiga kecamatan, pihaknya melakukan monev internal untuk mengetahui kondisinya. Hasil temuan di lapangan, ternyata ada beberapa alat yang belum berfungsi akibat kesalahan teknis. “Ternyata setelah dua minggu IPAH masih kosong karena penerima tidak tahu kalau harus buka keran pipa filtrasinya agar air hujan masuk ke toren. Itu menyebabkan air yang sudah terfiltrasi tidak masuk. Temuan lainnya ada pondasi toren yang ambles. Akibat hujan, lalu tanahnya jadi becek, diberi rabat untuk memperkuat belum kering, lalu ambles. Sehingga kami perlu mengadakan sosialisasi terkait cara penggunaan dan maintenance alat,” bebernya, Jumat (7/3/25).
Laily melanjutkan, pihaknya telah menerjunkan tim teknisi ke lapangan untuk melakukan perbaikan. Sehingga saat dimonev oleh Ademos Indonesia dan Dinas PU Cipta Karya Bojonegoro, alat IPAH seluruhnya telah berfungsi maksimal. Air hujan yang dipanen dan difiltrasi dimanfaatkan untuk mandi, mencuci, bahkan ada pula yang dikonsumsi. “Kami telah mengambil sampel setelah air yang difiltrasi dari IPAH, lalu diuji di laboratorium. Hasilnya, kalau didasarkan pada parameter air untuk hygine sanitasi berdasarkan Permenkes Nomor 2 Tahun 2023 telah memenuhi baku mutu. Bakteri coliform-nya masih ada, tapi kadarnya masih bisa dikontrol. Kalau masyarakat mau memanfaatkan untuk air minum atau konsumsi, harus dimasak dulu agar aman. Bakteri coliform akan mati di suhu 60 derajat celsius, sifatnya harmless (tidak berbahaya, Red),” papar dosen ilmu lingkungan Unigoro.
Tukul, salah satu warga penerima IPAH di Desa Kedungadem, mengucapkan terima kasih kepada Pemkab Bojonegoro, Unigoro, dan Pemkab Bojonegoro atas bantuan alat IPAH. Air hujan yang tertampung di dalam toren telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan rumah tangga. “Sampun didamel masak, damel mimik, damel korah-korah, lan damel siram. Kula remen saestu. (Sudah digunakan untuk memasak, minum, mencuci piring, dan mandi. Saya merasa senang, Red),” ucapnya.
BISA DIKONSUMSI: Air hujan yang dipanen dan difiltrasi dalam IPAH dimanfaatkan untuk mandi, mencuci, bahkan ada pula yang dikonsumsi.
Senada
dengan Tukul, Widodo yang juga penerima IPAH di Desa Kedungadem, merasa sangat
terbantu dengan adanya alat IPAH. “Apalagi di desa ini tidak semua rumah
memiliki saluran air dari PDAM. IPAH ini sangat dibutuhkan dan alhamdulillah
dapat berfungsi baik,” timpalnya.
Unigoro memdistribusikan 25 unit alat IPAH di
Kecamatan Kedungadem, Sumberjo, dan Gondang. Sebagai bentuk dukungan atas gerakan
panen air hujan yang diinisiasi Bupati dan Wakil Bupati Bojonegoro, Setyo
Wahono – Nurul Azizah untuk mitigasi bencana kekeringan. Pemilihan lokasi
distribusi alat karena daerah tersebut pernah mengalami bencana kekeringan.
Rumah tangga penerima manfaat juga berdasarkan data mandiri masyarakat miskin
daerah (Damisda). (din)
Tulis Komentar